Loe-Loe pada yang ngerasa Sebangsa, Setanah air, dan Satu Bahasa ama gue...........
Hari ne gue masih "Stand Up for my Story".................
Yang judul na Dua Bintang, tapi ini Chapter 2 nya...............
Jadi jangan pada bingung, kalo ngelihat cerita nya, nggak ada nyambung2 nya...........
Secara, gue ini manusia, bukan malaikat!!!!!!!!!!!!
Ok......... We go to the story.............. Hope U Like It!!!!!!!!
Hmm… masih kulihat rasa sayang Alvin yang semakin tak mau kehilanganku setelah aku mengatakan tentang bintang itu. Aku merasa salah, aku memang merasa menjadi orang yang paling jahat saat itu. Namun, inikah yang dikatakan orang-orang tentang perasaan yang tak dapat dibohongi?
Pemikiranku mungkin memang sedikit berbeda dengan pemikiran orang lainnya. Namun, inilah logikaku, inilah jalan pikiranku. Aku bertanya, lebih baik mencintai ataukah dicintai? Ku rasa semua menjawab. Lebih baik dicintai. Namun, itu berlainan dengan jalan pikiranku. Aku lebih memilih mencintai daripada dicintai. Dan aku lebih memilih mencintai Rio, daripada dicintai oleh Alvin.
“Kenapa kamu ga marah vin?kenapa?”
Alvin hanya terdiam, aku merasa bersalah, namun aku tak mempunyai rasa simpati sedikitpun saat ini. Mungkin inilah hal yang sangat jahat. Sungguh jahat bila dipandang dengan perasaan. Entah apa yang telah menutupi hatiku. Namun, tak kurasakan sedikit pun rasa simpati padanya, dan yang aku rasakan hanyalah rasa bersalah.
“Aku udah jahat sama kamu Vin, aku mohon..aku mohon supaya kamu pergi meninggalkan aku dan tidak memaafkan aku.”
“Nggak fy, itu bukan jalan pilihanku. Dan aku justru malah semakin takut untuk kehilangan kamu.”
“Alvin….aku ini jahat. Aku udah menyakiti perasaan kamu. Aku ingin merasakan bagaimana sakitnya perasaan kamu saat ini. Kamu marah dong Vin, marah sama aku !”
“Nggak Fy, Aku nggak bisa”, suara Alvin semakin parau. Aku tahu akan getaran yang amat menyakitkan di hatinya. Hingga dia pun hanya sanggup mengucapkan tiga patah kata Aku Nggak Bisa Fy…sambil berlalu pergi.
Aku menghela nafas panjang. Aku pikir Alvin terlalu baik untuk orang sepertiku. Untuk orang yang hatinya sedang tertutupi dan kehilangan rasa simpati.
Alvin sudah lelah menungguku. Dia kini berbeda, aku masih mengenalnya sebagai seorang Alvin, namun aku tak mengenal dia sebagai bintang yang aku kagumi. Menurutku, Alvin telah memilih jalan yang tepat untuk mengakhiri hubungannya denganku, agar tidak terlalu berharap akan diriku. Alvin pun sudah menjadi biasa lagi, seperti sosok Alvin sahabatku. Aku cukup lega dengan hal ini.
Kedekatan aku dengan Rio semakin terlihat. Mungkin, Alvin pun sudah mengetahui hal ini. Dan aku tahu, ini sudah menjadi biasa untuknya.
‘Syukurlah…’ ucapku dalam hati
Rio pun tahu, aku telah mengakhiri hubunganku dengan Alvin. Dia cukup kaget mendengar berita itu, walaupun wajahnya selalu memancarkan pesona kalemnya. Tak ada yang berbeda dengan persahabatan antara Alvin dan Rio. Ku lihat mereka selalu bersama dan Alvin pun tak pernah memperlihatkan kekecewaan apapun.
‘Memang tak pernah ada yang tahu dengan perasaan ini, kecuali Alvin. Tapi, aku harap kamu bisa menerka semuanya’ bisikku dalam hati, mengalahkan bisikan hati lainnya..
“Fy..Ify.” ucap Rio sambil melambaikan tangannya tepat di depan mataku
“Oh, iya yo?”
“Kok melamun sih. Kamu dengar cerita aku yang barusan ga?”
“Ehm…sorry ..sorry yo..Barusan aku lagi ga connect.Cerita apa kamu barusan?”
“Cerita tentang ....” Rio sedikit ragu untuk melanjutkan obrolannya
“Cerita apa yo?” tanyaku semakin penasaran
“Cerita tentang perasaanku saat ini” ucap Rio
Aku semakin bertanya-tanya. Apa yang Rio rasakan saat ini. Apa yang akan Rio ceritakan. Apa yang akan aku jawab. Apakah aku akan menemukan solusinya. ‘Tutup semua pertanyaan itu fy..” ucapku dalam hati
“Kamu tahu kan, siswa kelas X-3 yang suka duduk di depan lab. Biologi setiap pulang sekolah?” Tanya Rio, sambil duduk di sampingku.
Aku yang sedang duduk di depan ruang kelas, melirik sedikit ke arah Lab. Biologi. Namun, tak kulihat siapapun karena bel sudah berbunyi sekitar 40 menit yang lalu, sekolah sudah cukup sepi dan aku masih diam untuk bertukar cerita dengan Rio. Siswa yang selalu ku lihat setiap hari di depan Lab. Biologi itu adalah seorang siswi yang suka membawa dua buku di tangan kanannya. Dengan tas gendong berwarna merah, dan rambutnya terurai.
“Ehm..yang suka pake tas merah itu bukan?”
“Nah, iya itu”, jawab Rio
“Emang kenapa dengan dia? Kamu kenal sama dia?”
“Iya, aku kenal dia. Namanya Acha, dan aku…” Rio tak melanjutkan kata-katanya
“Kenapa yo?” tanyaku penasaran
“Aku…”
‘Jangan-jangan Rio suka sama si Acha itu lagi. Tapi…ga mungkin ah, kapan juga dia kenal ma Acha’ bisikku dalam hati, mencoba untuk menepis semua prasangka yang entah baik ataukah buruk.
Aku menunggu jawabannya, namun ku lihat dia masih ragu untuk mengatakan itu. Ku biarkan waktu terus berjalan, membiarkan diri menanti jawaban dari Rio atas pertanyaanku. Namun tak ku dengar jawaban pasti darinya. Kecuali kata “Aku” yang terhenti oleh nafas panjangnya.
“Owh, namanya Acha?” ucapku mengalihkan pertanyaan hanya untuk membuatnya santai.
“Iya fy, nama lengkapnya Acha Prishilla Nibras. Yang aku tahu, teman-teman dekatnya, manggil dia Shilla.” Jawab Rio
“Lah? Kenapa kamu ga manggil dia Shilla aja? Emang kamu kenal dia kapan Yo? Kok bisa? Gimana ceritanya tuh?” Tanya Ify
“Ebuset. Itu nanya.hha..Aku lebih enak manggil dia Acha aja. Aku kenal dia tiga minggu yang lalu. Ceritanya panjang Fy, yang jelas sekarang aku udah lumayan dekat aja sama dia. Walaupun cuma dari sms aja” jawab Rio santai sambil senyum-senyum
‘Tiga minggu yang lalu…Ehm, tepat tiga minggu yg lalu aku jadian dengan Alvin, dan itu tak berlangsung lama’ ucapku dalam hati
“Oh ya, kamu tadi mau bilang apa? Maaf yo, aku malah ngeributin identitas si Acha itu..”ucapku pada Rio
“Emang aku mau bilang apa ya, kok jadi ikutan lupa” Rio menjawab, dan itu membuatku semakin penasaran
“Jiah Rio…” ucapku sambil mencubit kecil lengan Rio
“Aku suka sama dia Fy.” Ucap Rio tegas
Itu cukup membuatku hatiku terhentak. Seperti dahan pohon yang disapa oleh angin kencang dan gemuruh yang datang tak diundang. Aku merasa sedikit kecewa dengan apa yang diucapkan Rio barusan.
“Cie Rio..” aku menggoda Rio dengan setengah hati
“Haha..apasih Fy?”ucap Rio sambil senyum-senyum
“Ehm…Kamu tembak aja dia..” ucapku dengan ekspresi gembira, padahal jika Rio bisa membaca pikiranku. Aku tak bisa menerima dengan apa yang aku usulkan barusan.
‘Kalau aja aku boleh jujur. Aku cemburu sama kamu’ ucapku dalam hati
“Rencananya sih gitu Fy. Kamu dukung aku kan?” ucap Rio dengan semangat
“Pasti dong.” Ucapku berbohong
Aku pun pulang dengan suasana hati yang tidak mengenakkan. Rasa kesal, hampa, dan kekeliruan hati menambah penat pikiranku. Kerapuhan itu malah membuatku semakin rapuh. Mungkin inilah yang Alvin rasakan ketika aku memilih bintang lain daripada bintang yang ada dalam dirinya.Aku menghempaskan tubuhku di sofa. Aku lihat langit senja dari jendela kamarku, suasana hatiku masih terasa rumit setelah mendengar apa yang diceritakan Rio tadi di sekolah.
Cintailah aku sepenuh hati
Sesungguhnya aku tak ingin kau pergi
Tak kan mampu ku hadapi dunia ini
Tiada arti semua bila kau pergi
Ketika ringtone hp-ku berbunyi, aku segera meraih handphone di dalam tas ku. Ku lihat ada satu pesan diterima.
‘Rio??biasanya dia ga pernah sms aku jam segini deh’ ucapku sedikit heran
Aku membuka pesan dari Rio. Ku baca isi pesan itu dengan awalan nafas panjang, dan nafasku tertahan ketika aku membaca sms darinya…..
From : Rio
Pengen makan ayam RICHA2 bareng si A :D
‘ga biasanya si Rio ngirim sms gaje kaya gini….’ Aku perhatikan isi pesan itu. Aku perhatikan susunan kata-katanya, dan kata-kata itu ternyata sama percis dengan huruf-huruf yang tersusun dalam pikiranku. RICHA-Rio Acha?
Aku tahu dengan maksud sms itu. Jari tanganku yang biasa mahir mengetik sms, kini terdiam begitu saja. Aku tak tahu, apa isi pesan yang akan aku balas pada Rio.
“Aku tahu maksudnya yo. Aku tahu…itu Rio-Acha, dan aku…aku…aku cemburu Yo” ucapku semakin lemas memegang handphone.
Jari-jariku masih kebingungan mencari huruf-huruf, bukan jari-jariku sebenarnya. Namun hati dan pikiranku.Aku tarik nafas panjang, aku mulai mengetik kata demi kata, namun apa yg aku tulis itu jauh dari kata hatiku.
Duh.................. Cape gue, mikir-mikir................. Mikir capa yach????
Oya, sorry...... Tadi lagi kebawa suasana...........
Ehmm........... Gimana Chapter 2 nya bagus kan???
Kalo bagus, " Please, Ur Comment and Saranghe " !!!!!!!!!!!11
1 komentar:
.Jeh -.-
.Sayang copas-an, udah pernah baca lagi ! Gak rame deh ! -.-
Posting Komentar